Jumat, 17 Oktober 2014

Idul Adha, Kenapa Kita Tidak Bersatu?



Umat islam Indonesia kembali merayakan Idul Adha 1435 yang jatuh pada hari minggu 5 oktober 2014. Namun, sebagian yang lain lebih dulu merayakan pada hari sabtu yang mengikuti keputusan salah satu organisasi islam. Mereka yang merayakan Idul Adha hari sabtu berdasarkan wukuf di Arafah hari jum’at 9 Dzulhijjah sebagaimana diputuskan oleh Arab Saudi. Sedangkan, yang mengikuti keputusan Pemerintah Indonesia beralasan wukuf di Arafah bukan satu-satunya dasar untuk melaksanakan puasa arafah ataupun Shalat Idul Adha.

Dalam sebuah artikel disebutkan bahwa di Malaysia, seluruh penduduk mereka melaksanakan shalat hari raya hari minggu tanggal 5 oktober 2014. Mereka tidak pernah terjadi perbedaan dalam penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.

Kenapa kita cenderung menampakkan perbedaan disaat yang sama persatuan bisa diwujudkan. Mereka beralasan mengikuti Arab Saudi sedangkan salah satu ulama Arab Saudi Syeikh Al-Ustaimin rahimahullah berfatwa dalam Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin yaitu: “Begitu juga bila ditetapkan hasil rukyat negara itu tertinggal dari Mekkah, sehingga tanggal 9 di Mekkah menjadi tanggal 8  di negara itu, maka penduduk negara itu puasanya pada tanggal 9 menurut negara itu, walaupun itu berarti sudah tanggal sudah tanggal 10 di Mekkah.”

Fatwa tersebut menunjukkan bahwa kita masih bisa mengikuti pemerintah dimana kita tinggal, tidak harus mengikuti keputusan Arab Saudi. Itu berarti kita masih berpeluang untuk merayakan Idul Adha di hari yang sama yaitu hari minggu.



Banda Aceh Dan Warung Kopi




Beberapa tahun terakhir, Banda Aceh mendapat julukan Negeri Seribu Warung Kopi. Itu bukan tanpa alasan karena di Banda Aceh sudah menjamur warung kopi dimana-mana. Warung kopi pada awalnya berfungsi hanya sebagai tempat untuk minum kopi. Namun, akhir-akhir ini warung kopi di Banda Aceh berubah fungsinya yang tidak hanya untuk minum kopi tetapi untuk diskusi, silaturrahmi, mengerjakan tugas kuliah, hingga menjadi objek wisata kuliner terbaru untuk traveller.

Banyak warung kopi dimanfaatkan akedemisi untuk mengadakan diskusi baik bersifat public maupun privacy. Rumoh Aceh Kupi Luwak yang beralamat di Jeulingke, Banda Aceh misalnya, warung kopi ini dimanfaatkan KWPSI(Kaukus Wartawan Peduli Syariat)  untuk mengadakan pengajian rutin setiap rabu malam. Linka Kupi, Darussalam, Banda Aceh juga sering mengadakan diskusi publik yang dihadiri oleh berbagai latar belakang masyarakat.

Kebanyakan mahasiswa memanfaatkan warung kopi untuk mengerjakan tugas kuliah. Mereka mengajak beberapa teman lainnya untuk berdiskusi di warung kopi. Kebanyakan warung kopi menyediakan fasilitas wifi bagi konsumennya sehingga memudahkan mahasiswa untuk mencari referensi tambahan yang berkaitan dengan tugas kuliahnya melalui akses internet. Disamping itu, ada juga diantara mahasiswa memanfaatkan warung kopi sebagai tempat silaturrahmi antar sesama ataupun sekedar mengadakan rapat. Warung kopi juga menjadi objek wisata kuliner bagi wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Kita begitu mudah menjumpai wisatawan menikmati secangkir kopi.

Itulah beberapa fungsi warung kopi yang sudah berubah fungsinya dari hanya meminum kopi hingga sebagai objek wisata kuliner bagi wisatawan.

Kamis, 16 Oktober 2014

Aceh Larut Dalam Zikir Bersama Ustazd Arifin Ilham




Ribuan masyarakat Aceh, termasuk pelajar, memadati halaman Mapolda Aceh, Banda Aceh, pada hari Minggu(21/9) untuk mengikuti zikir akbar yang dipimpin oleh  Ustazd Arifin Ilham.

Zikir yang dimulai setelah shalat subuh berjama’ah itu juga dihadiri oleh Ulama Kharismati Aceh Abuya Jamaluddin Wali, Gubernur Aceh Zaini Abdullah, Ketua DPRA Hasbi Abdullah, tokoh ulama dan berbagai unsur masyarakat.

Dalam sambutannya, Kapolda Aceh Irjen Pol Husein Hamidi menyampaikan bahwa “zikir akbar ini bisa menjadi ajang silaturrahmi antar sesama muslim dan juga sebagai bukti rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat perdamaian yang kita rasakan sekarang ini”.

Ustazd Arifin Ilham mengajak jama’ah untuk menjadikan dunia ini majelis zikir. “Kita harus meningat Allah tidak hanya di mesjid saja, tetapi dimanapun kita berada baik di kantor, kampus, sekolah, hotel, maupun tempat-tempat lainnya karena setiap saat yang kita habiskan akan kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah.” kata Ustazd Arifin.

Sebelum menutup zikir, beliau juga mengajak berbaik sangka kepada orang lain, menjaga shalat berjama’ah, qiamul lail, shalat dhuha dan selalu menjaga wudhu’.

Fadhlullah Yuza


Namaku Fadhlullah Yuza yang lahir di Beureunuen 28 april 1992. Aku memiliki beberapa nama panggilan. “fadil” begitulah orang tuaku dan keluargaku sering memanggil. Orang kampungku memanggil dengan panggilan “Fadlon ataupun tungku”, sedangkan teman-temanku memanggil “ Fad, Fadlah, dek fad,Yuza, dan Dek yuza, dan muridku memanggil “Pak Lah”. Kebanyakan teman menanyakan kenapa ada “YUZA” diujung namaku padahal diijazah tidak ada. Itu adalah gabungan dari nama orang tuaku.

Aku seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan bahasa inggris di sebuah kampus ternama di Aceh yaitu Unsyiah. Usiaku dua puluh dua tahun. Aku anak terakhir dari 4 bersaudara. Kakak pertama dan kedua cewek dan yang ketiga cowok. Tak ada yang special tentang aku, sama seperti anak dewasa lainnya. Warna kulitku sawo matang, berambut keriting, berat badan 64 kg dan tinggi 168 m. Aku suka membaca dan hiking. Saya mempunyai mimpi agar bisa hiking ke gunung-gunung terutama yang ada di Indonesia dan kalau bisa dunia.

Aku bukanlah anak pintar. IPK ku juga standard, tidak ada yang cemerlang. Kata teman “aku pemalu”. Dia benar, tapi tak pemalu-pemalu amat memang. Hingga saat ini, Aku belum bisa berbicara dengan wanita face to face berdua lebih dari 20 menit, dan belum sedetik pun berbicara dengan wanita yang saya sukai secara langsung. Memang kemampuanku berbicara didepan wanita masih dibawah standar.

Aku bukanlah lelaki sempurna karena masih banyak kesalahan. Namun, aku sangat mengharapkan ada orang yang mau menunjukkan kesalahan dan memberikan solusi agar aku bisa memperbaiki kesalahan tersebut dan aku mencintai mereka yang mau berteman denganku setelah mengetahui siapa aku sebenarnya.

Rabu, 01 Januari 2014

Rihlah ke Pantai Lhok Mata Ie


Hari ini, tepatnya tanggal 1 Januari 2014, saya bersama 28 teman-teman dari Dayah Nurul Awal Tungkop, Aceh Rayek melakukan rihlah ke Pantai Lhok Mata ie yang terletak dibalik bukit Ujong Pancu, kecamatan Peukan Bada, Aceh Rayek. Kegiatan ini disponsori oleh Yayasan Holistik Aceh(YANHA) yang diketuai oleh Isfahannur. Pagi ini cuacanya sangat cerah sehingga sangat mendukung kami pergi kesana. Pantai ini tergolong unik karena untuk menuju ke sana harus melewati perbukitan melalui  jalan setapak melintasi pepohonan rimbun dan semak belukar setinggi lutut. Hampir semua teman kami belum pernah kesana termasuk saya, hanya Tgk. Anwar yang sudah pernah kesana. Kami berangkat dengan menggunakan sepeda motor dari Tungkop ke Ujong Pancu pukul  09.00 a.m dan sampai disana sejam kemudian. Disana kami parkir kereta terlebih dahulu dan break sebentar sambil menunggu teman-teman yang belum tiba. 15 menit kemudian kami mulai mulai melakukan jalan setapak.

Ini adalah pengalaman pertama saya menyusuri perbukitan dan juga pertama kali ke Pantai Lhok Mata Ie. Kami dipandu oleh Tgk. Anwar karena hanya beliau yang tau jalan dan pernah kesana. Medan jalannya sangat licin karena memang sedang musim hujan. Ada beberapa teman termasuk saya terpeleset. Tetapi tidak menghalangi kami untuk menggerakkan langkah kaki kami kesana mengingat indahnya pantai dari cerita teman-teman di kampus dan saya baca di blog-blog teman. Kami membutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke pantai melalui perbukitan. Ini tergolong lama karena kami harus break berkali-kali. Hamper semua mengalami kelelahan karena  memang ini pertama kalinya kami hiking naik turun bukit. 

 Namun, kelelahan kami segera hilang setelah melihat keindahan pantai. “It’s amazing view” ini pertama ali terlintas dipikiran saya sa’at melihat langsung keindahan pantai. Pantai ini berbentuk teluk, didepannya ada Pulau Manyet katanya , pasir pantainya putih dan bersih, dikelilingi perbukitan hijau, serta mempunyai pemandangan air laut yang cantik.sesampai kami disana sudah ada beberapa fisherman dan beberapa anak manusia yang sudah duluan berkemah.

Kegiatan pertama yang kami lakukan disana adalah bakar-bakar ayam untuk persiapan makan siang, kemudian shalat dhuhur. Dan yang paling idi tunggu-tunggu adalah mandi. Semua sangat semangat walaupun sebagiannya tak bisa berenang termasuk saya tapi tetap tak menghalangiku untuk ikut mandi karena pantainya tak terlalu dalam. Sungguh, kelelahan menyusuri perbukitan selama dalam perjalanan hilang seketika. 30 menti kemudian semua keluar dari air untuk mencicipi mie yang sudah dimasak oleh teman yang duluan berhenti mandi. Setelah itu, kami siap-siap untuk bergegas pulang. Sa’at dalam perjalanan pulang, sebagian ingin kembali lagi kesana suatu hari nanti untuk berkemah ketika musim kemarau.





Selasa, 21 Mei 2013

Kontes 'Ratu-Ratuan' di Mata Hj. Irena Handono

Keikutsertaan Indonesia dalam ajang Miss Universe masih menimbulkan pro dan kontra. Namun, ternyata untuk pertama kalinya, Indonesia akhirnya ikut dalam ajang pemilihan ratu sejagad itu dan untuk pertama kalinya, kita melihat seorang Muslimah Indonesia tampil di muka umum dengan menggunakan pakaian renang! Jadilah Artika Sari Dewi, wakil Indonesia di ajang itu dijuluki 'Miss Kontroversi'. Irena Handono, mantan biarawati, yang kini menjadi ustadzah terkenal dengan tegas mengatakan, ajang tersebut merupakan bentuk penghinaan terhadap martabat perempuan. Bagaimana pandangan-pandangannya tentang hal itu? Berikut petikan wawancara dengan Ustadzah Hj. Irena Handono, yang ditemui saat aksi massa menentang eksploitasi perempuan di gedung MPR/DPR, Selasa (31/5).

Bagaimana ibu mencermati penyelenggaraan kontes 'ratu-ratuan' seperti Miss Universe ini, yang juga banyak diselenggarakan di Indonesia?

Yang dilakukan ini bukan suatu modernisasi, tapi kembali ke belakang ke zaman jahiliah. Zaman jahiliah itu masyarakat tidak menggunakan pemikiran atau kebijakan, tapi yang digunakan adalah standar tubuh, fisik. Persis seperti yang dilakukan di Miss Universe kemarin. Kita lihat saja, apakah orang cantik itu mampu membuat bangsa menjadi sejahtera? Konkritnya, ketika ada orang sakit misalnya, apakah orang sakit itu tersembuhkan karena wajah cantik atau karena dokter? Kalau kita bicara secara medis ini ya. Begitu juga dengan menata suatu negara, apakah suatu negara itu akan adil makmur, dipimpin oleh menteri-menteri yang cantik ataukah menteri- menteri yang tepat pada bidangnya. Jadi ukuran kecantikan sekarang ini adalah ukuran jaman dulu. Ini adalah, maaf, kalau saya anggap sebagai suatu rekayasa terselubung untuk membuat bangsa ini mundur kembali, terutama kaum perempuannya. Mengapa yang dibidik kaum perempuan, tuntunan agama Islam mengatakan, baik buruk perempuan adalah baik buruk negara itu sendiri.

Alasan keikutsertaan Indonesia dalam kontes ratu sejagad itu, katanya untuk meningkatkan citra bangsa di mata dunia dan pariwisata Indonesia, komentar ibu?

Kita lihat dulu siapa yang ngomong, ilmuwankah atau pebisnis. Kalau ilmuwan, maka dia akan mencari alasan keilmuwan, tapi kalau yang bicara adalah kelompok bisnis maka orientasinya adalah market, bagaimana agar barangnya laku. Jadi bukan untuk kepentingan negara, bukan untuk memajukan harkat perempuan. Tidak. Tapi kepentingannya adalah mengeksploitasi untuk kepentingan bisnisnya itu. Saya mengatakan seperti ini, kita lihat saja sejarahnya, tahun 1952 saat itu di California pertama kalinya diadakan kontes-kontes seperti ini. Pada waktu itu ada sebuah perusahaan pakaian ingin memperkenalkan mode baru, bikini. Tapi ketika bikini itu dibuat, masyarakat menganggap negatif pakaian bikini itu. Bagaimana untuk memasyarakat itu, maka caranya adalah dengan mengadakan kontes, kontes bikini. Ternyata setelah dikonteskan, laris bikininya. Nah, itu berkelanjutan sampai hari ini.

Bagaimana melakukan pendekatan pada masyarakat agar menyadari bahwa kontes ratu-ratuan seperti ini tidak sesuai dengan aqidah Islam?

Allah berfirman bahwa yang paling mulia di sisi Allah itu adalah orang yang bertaqwa, bukan orang cantik, bukan seperti ukuran para juri dalam kontes- kontes semacam itu, dada diukur, pinggul diukur, bukan itu.

Apakah perlu dikeluarkan aturan tegas yang menyatakan, bahwa Indonesia tidak boleh mengirim perwakilan dalam kontes semacam Miss Universe itu?

Pemerintah bersikap lunak, itu yang kita sayangkan. Padahal MUI sudah mengeluarkan fatwanya, kalau saya tidak salah dan aturan pemerintah tentang itu juga masih ada, belum dicabut. Keputusan pemerintah nomor 237/U/84 pasal 4 dan 6, saat itu masih zaman presiden Soeharto. Beliau melarang, perempuan Indonesia mengikuti kontes-kontes kecantikan sejagad dan aturan ini belum dicabut sampai sekarang. Kami tetap memperjuangkan persoalan ini, bahwa kita menolak kontes-kontes seperti itu karena menghinakan martabat perempuan.(ln/nov)


sumber : eramuslim.com 

Kamis, 09 Mei 2013

Tangisan Seorang Ibu


Tadi setelah shalat maghrib, seorang ustazd berceramah dengan mengangkat tema “ Anak Durhaka”. Beliau memulai ceramahnya dengan menceritakan kisah nyata yang di alami seorang ibu di Gampong  Pineung yang datang curhat kepadanya.

Ibu tersebut curhat kepada ustazd tadi dengan mengatakan bahwa ia sudah kehilangan anak laki-laki berumur 25 tahun. “ Kehilangan bagaimana maksud ibu? “ Tanya ustadz. Ibu itu menjawab dengan terisak tangis“ Sejak anak lelakinya menikahi seorang gadis, tidak pernah lagi mengunjungi saya. Istrinya melarang suaminya mengunjungi ibunya ini. Bahkan sa’at istrinya hamil, seperti kebiasaan orang Aceh mengantarkan nasi( intat bu) kerumah si istri. Maka pada hari itu saya ditemani seorang teman pergi ke rumah menantu saya dengan membawa nasi tersebut. Sesampai dirumah tidak ada orang yang menyambut walaupun pintu rumah terbuka. Sehingga saya langsung masuk dan meletakkan nasi tersebut diatas meja. Kemudian kami pulang kerumah teman saya dengan hati sedih. Setelah 2 jam kemudian, saya pulang ke rumah sendiri. Tanpa saya duga, nasi yang saya antar tadi ke rumah si istri, diantar balik ke rumah. Betapa sakitnya hati saya ini”
Kisah ini memiliki kesamaan dengan kisah Alqamah. Seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang taat, wara’ dan kuat beribadah. Beliau juga kurang memperhatikan ibunya setelah ia menikah sehingga membuat hati ibunya kecewa dan berkecil hati kepada Alqamah. Sehingga sa’at Alqamah mau sakaratul maut ia tidak bisa membaca kalimat tauhid; LA ILAAHA ILLALLAH. Tapi setelah beliau mendapatkan kema’afan dari ibunda tercinta, ia dapat membaca kalimat tauhid kembali. Ia kembali dengan tenang dan wajah berseri seri.

Itu lah sedikit nukilan ceramah singkat mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita semua yang bahwa kita wajib memperhatikan ibu kita walaupun kita sudah menikah nantinya. Ibu itu hanya seorang dan tak tergantikan dengan siapapun tapi istri bisa kita cari lain. Kalau istri kita baik tidak akan melarang suaminya mengunjungi ibunya sendiri. Karena setelah menikah terjadi, maka orang tua istri adalah orang kita, begitu juga sebaliknya orang tua kita adalah orang tua istri. Maka alangkah baiknya sebelum menikah  seorang suami-istri harus berjanji seperti demikian agar terjadi hubungan yang harmonis diantara dua keluarga.

Entri Populer

Laman

Mengenai Saya

Foto saya
Namaku Fadhlullah Yuza yang lahir di Beureunuen 28 april 1992. Aku memiliki beberapa nama panggilan. Aku bukanlah anak pintar dan juga bukan anak yang cemerlang. Aku bukanlah lelaki sempurna karena masih banyak kesalahan. Namun, aku sangat mengharapkan ada orang yang mau menunjukkan kesalahan dan memberikan solusi agar aku bisa memperbaiki kesalahan tersebut dan aku mencintai mereka yang mau berteman denganku setelah mengetahui siapa aku sebenarnya.

Pengikut

statistik