Hari
ini, tepatnya tanggal 1 Januari 2014, saya bersama 28 teman-teman dari Dayah
Nurul Awal Tungkop, Aceh Rayek melakukan rihlah
ke Pantai Lhok Mata ie yang terletak dibalik bukit Ujong Pancu, kecamatan
Peukan Bada, Aceh Rayek. Kegiatan ini disponsori oleh Yayasan Holistik Aceh(YANHA)
yang diketuai oleh Isfahannur. Pagi ini cuacanya sangat cerah sehingga sangat
mendukung kami pergi kesana. Pantai ini tergolong unik karena untuk menuju ke sana
harus melewati perbukitan melalui jalan setapak
melintasi pepohonan rimbun dan semak belukar setinggi lutut. Hampir
semua teman kami belum pernah kesana termasuk saya, hanya Tgk. Anwar yang sudah
pernah kesana. Kami berangkat dengan menggunakan sepeda motor dari Tungkop ke
Ujong Pancu pukul 09.00 a.m dan sampai
disana sejam kemudian. Disana kami parkir kereta terlebih dahulu dan break
sebentar sambil menunggu teman-teman yang belum tiba. 15 menit kemudian kami
mulai mulai melakukan jalan setapak.
Ini
adalah pengalaman pertama saya menyusuri perbukitan dan juga pertama kali ke
Pantai Lhok Mata Ie. Kami dipandu oleh Tgk. Anwar karena hanya beliau yang tau
jalan dan pernah kesana. Medan jalannya sangat licin karena memang sedang musim
hujan. Ada beberapa teman termasuk saya terpeleset. Tetapi tidak menghalangi
kami untuk menggerakkan langkah kaki kami kesana mengingat indahnya pantai dari
cerita teman-teman di kampus dan saya baca di blog-blog teman. Kami membutuhkan
waktu satu jam untuk sampai ke pantai melalui perbukitan. Ini tergolong lama
karena kami harus break berkali-kali.
Hamper semua mengalami kelelahan karena memang
ini pertama kalinya kami hiking naik turun bukit.
Namun, kelelahan kami segera hilang setelah
melihat keindahan pantai. “It’s amazing view”
ini pertama ali terlintas dipikiran saya sa’at melihat langsung keindahan
pantai. Pantai ini
berbentuk teluk, didepannya ada Pulau Manyet katanya , pasir pantainya putih
dan bersih, dikelilingi perbukitan hijau, serta mempunyai pemandangan air laut
yang cantik.sesampai kami disana sudah ada beberapa
fisherman dan beberapa anak manusia yang sudah duluan berkemah.
Kegiatan pertama
yang kami lakukan disana adalah bakar-bakar ayam untuk persiapan makan siang,
kemudian shalat dhuhur. Dan yang paling idi tunggu-tunggu adalah mandi. Semua
sangat semangat walaupun sebagiannya tak bisa berenang termasuk saya tapi tetap
tak menghalangiku untuk ikut mandi karena pantainya tak terlalu dalam. Sungguh,
kelelahan menyusuri perbukitan selama dalam perjalanan hilang seketika. 30
menti kemudian semua keluar dari air untuk mencicipi mie yang sudah dimasak
oleh teman yang duluan berhenti mandi. Setelah itu, kami siap-siap untuk
bergegas pulang. Sa’at dalam perjalanan pulang, sebagian ingin kembali lagi kesana
suatu hari nanti untuk berkemah ketika musim kemarau.