Jumat, 06 Januari 2012

Temukan cintamu


Bila kamu tidak mencintai jurusan dimana kamu kuliah, maka cintailah orang-orang yang kuliah disana. Rasakan kegembiraan dari pertemanan itu. Dan, perkuliaan pun jadi menggembirakan.
bila kamu tidak bisa mencintai teman-teman kuliahmu, maka cintailah suasana ruangan kuliahmu. Ini mendorong kamu untuk bergairah berangkat kuliah dan mengikuti perkuliahan dengan lebih baik lagi.
Bila kamu juga tidak bisa melakukannya, cintai setiap pengalaman pulang pergi dari dan ke kampusmu. Perjalanan yang menyenangkan menjadikan tujuan terlihat menyenangkan juga.
Namun, bila kamu tidak menemukan kesenangan disana,maka cintai apa saja yang bisa kamu cintai dari kampusmu apakah taman, meja, candaan temanmu atau gumpalan awan dari balik jendela. Apa saja !
bila kamu tidak menemukan apa yang bisa kamu cintai dari perkuliahanmu, maka mengapa kamu ada disana? Tidak ada alasan bagimu untuk tetap bertahan. Cepat pergi dan carilah apa yang bisa kamu cintai, lalu belajarlah disana. Hidup hanya sekali. Tidak ada yang lebih indah selain melakukan dengan rasa cinta yang tulus.

Kamis, 05 Januari 2012

Maksiat kok bangga ?


Manusia memang tidak lepas dari salah dan lupa. Opsi terbaik saat kita khilaf adalah sesegera mungkin bertobat, bersungguh-sungguh menyesali dosa kita, tidak mengulanginya lagi dan banyak beramal saleh dengan harapan agar amal saleh tersebut dapat menghapus dosa yang pernah kita perbuat.
But, the problem is, kadangkala, ada seseorang yang dengan bangganya menceritakan kelamnya masa lalu atau aib yang pernah ia lakukan.
Mungkin kita pernah mendengar seseorang bercerita–dengan santai dan cekakak-cekikik- tentang list aib-aibnya, seperti kalimat di bawah ini:
“Saya pernah mencium si A dan si B lho, bla… bla… bla”. “Gue dulu suka naen judi, gue sering menang…”
Hei… bukankah mencium dan berjudi itu dosa? Lantas kenapa mesti diceritakan dengan penuh kebanggaan? Bukankah dosa-dosa itu semestinya disimpan rapat, tak usah ada yang tahu. Jika perlu, simpan dosa-dosamu dalam brankas dan buang ke laut. Aneh bukan, bermaksiat koq bangga.
Ada aturan yang mesti kita pahami, bahwa dosa adalah hal yang memalukan jadi tak perlu ada “press conference”. Segatal apapun mulut kita ingin mengumbar dosa masa lalu, it’s enough, tidak layak kita ceritakan pada orang lain.
Banyak fakta menunjukkan si fulan melakukan dosa karena terinspirasi dosa orang lain, biasanya anak-anak kos yang gemar berbagi pengalaman. Misalnya, si A suka cerita pada si B tentang betapa serunya berpacaran, enaknya nyabu, dll dan lama-lama si B juga ingin mencoba pacaran dan nyabu, nah lho?
Tanpa kita sadari kita telah menjerumuskan orang lain ke jurang dosa gara-gara kita hiasi cerita dosa kita dengan kata-kata nan indah, sehingga bermaksiat jadi terlihat keren bin seru, naudzubillahi min dzalik.
Bila kita pernah khilaf, boleh saja kita menceritakannya. Tapi harus pada orang yang berkompeten, misal pada ustaz atau psikolog, semua dalam rangka mencari satu hal yakni solusi, sekali lagi solusi.
Jika kita telah bertobat, maka simpanlah kisah kelammu baik-baik, jika engkau ingin berbagi cerita bahwa engkau pernah salah dan agar orang lain mengambil ibroh (hikmah) dari ceritamu, maka ceritakan secara umum atau garis besarnya saja tanpa harus deti.
Misalnya, ”Saya juga pernah tergelincir, tapi Alhamdulillah Allah telah menyelamatkan saya”, that’s all. Jika ada teman yang iseng bertanya tentang masa lalumu seperti kalimat ini “Idih, gimana ceritamu sama si A mantanmu dulu, masih ingat nda?”, tak usahlah diperpanjang, cukup katakan “Itu masa lalu kawan, aku telah bertobat dan telah membuka lembaran baru”.
Cukuplah hadis dari Abu Hurairoh bahwa Rasululloh bersabda:
“Semua ummatku dimaafkan (kesalahannya) kecuali Mujahirin (orang yang memberitahukan kemaksiatannya pada orang lain). Dan sesungguhnya termasuk Al-majanah bila orang itu pada malam hari berbuat kejahatan, kemudian pada waktu paginya dia berkata, 'Wahai fulan, tadi malam aku berbuat demikian dan demikian' padahal malam harinya Robb-nya telah menutupi (aibnya tersebut), namun pagi hari dia sendiri yang membuka apa yang telah ditutup oleh Alloh," (HR.Bukhori 5/3254).
Bila Allah telah menutupi aib kita, maka tak perlu kita memberitahukan pada orang-orang. Bukankah malu adalah sebagian dari tanda orang beriman? So the points are; bertobatlah dahulu saat kita tahu bahwa kita berdosa, ceritakan saja kesalahan kita pada orang yang mumpuni agar kita mendapat bimbingan untuk menapaki jalan hidup yang lebih baik dan jika kita “sekedar” cerita pada orang lain tentang aib kita dan tidak akan ada manfaat bagi yang mendengarnya, tampaknya kita lebih baik diam.
Berkatalah yang baik atau diam. Jangan sampai ada yang mencontoh dosa kita hanya karena kita telah bercerita pada orang yang salah dan dengan cara yang salah pula.
Bermaksiat di masa lalu? Usai sudah, jangan berbangga atas kemaksiatan kita, apalagi jika kita telah bertaubat dan Allah telah menutupi aib kita dari orang-orang sedunia.

Entri Populer

Laman

Mengenai Saya

Foto saya
Namaku Fadhlullah Yuza yang lahir di Beureunuen 28 april 1992. Aku memiliki beberapa nama panggilan. Aku bukanlah anak pintar dan juga bukan anak yang cemerlang. Aku bukanlah lelaki sempurna karena masih banyak kesalahan. Namun, aku sangat mengharapkan ada orang yang mau menunjukkan kesalahan dan memberikan solusi agar aku bisa memperbaiki kesalahan tersebut dan aku mencintai mereka yang mau berteman denganku setelah mengetahui siapa aku sebenarnya.

Pengikut

statistik